Perhelatan akbar pilkada serentak 2020 memang masih beberapa bulan kedepan, pendaftaran pasangan calon pun masih pada bulan Juni (16-06-2020), namun ‘aura’ pertarungan sudah terlihat saat ini, dinamika politik sungguh sangat kentara diantara partai-partai politik maupun para pemangku kepentingan yang ada di Kabupaten Sleman. Bukan hanya partai politik sebagai “pemegang stempel” pendaftaran pasangan calon saja yang melakukan persiapan dengan memanaskan mesin politiknya, namun ormas-ormas non partisan pun melakukan persiapan yang sama, tentunya tidak dengan mesin politik praktis. Salah satunya adalah Nahdlatul Ulama (NU), sebagai salah satu ormas keagamaan terbesar di Indonesia NU tentunya ingin menempatkan kader-kadernya diposisi strategis dalam pemerintahan. Pada pilpres 2019 telah membuktikan bahwa salah satu kader terbaik NU KH. Ma’ruf Amin mampu diposisikan sebagai wakil presiden RI, demikian pula dalam pileg 2019 NU DIY mampu menempatkan kadernya Dr. Hilmy Muhammad (Gus Hilmy) sebagai senator DPD RI dengan perolehan suara yang spektakuler.
Dimana
NU berlabuh, kemenangan diraih
Konstelasi
kekuatan NU di Sleman merupakan salah satu basis yang harus
diperhitungkan oleh semua partai politik, kendati dominasi kelompok
abangan lebih kentara dan muhammadiyah, meskipun dari sisi jumlah
mungkin lebih sedikit namun selama ini memiliki peran yang cukup
besar terutama di birokrasi. Alasan yang mendasari kenapa kekuatan NU
Sleman harus diperhitungkan adalah: Pertama,
fenomena kemenangan Gus Hilmy pada pileg 2019 sebagai pendatang baru
yang spektakuler dengan perolehan suara nyaris 300 ribu (299.164),
menunjukkan soliditas warga nahdliyin terbukti, bahwa mesin
organisasi NU disemua tingkatan melakukan kerja-kerja pemenangan
untuk Gus Hilmy sebagai petugas NU,. Kedua,
kerinduan yang sangat besar dari warga nahdliyin untuk mempunyai
bupati maupun wakil bupati dari kader NU menjadi sentimen positif dan
menjadikan semacam keyakinan diri diinternal nahdliyyin bahwa
seharusnya kepemimpinan Sleman merupakan "hak" dari NU.
Ketiga,
perolehan suara dari calon DPD RI pada pileg 2019 dari 2 (dua) calon
yang merupakan representasi dari NU (Gus Hiilmy dan Hafid Asrom)
cukup dignifikan dimana Gus Hilmy memperoleh 78.231 suara, sedangkan
Hafid Asrom 64.831 jika digabungkan suara NU di Kabupaten Sleman
sebanyak 143.602, itupun masih banyak suara NU diakar rumput yang
masih setia memberikan suaranya ke GKR Hemas. Keempat,
kekuatan besar yang ada pada tokoh-tokoh politisi NU di Kabupaten
Sleman sebut saja H. Sukamto, Hafid Asrom, Agus Sulistiono saat ini
relatif mengental tidak tercerai berai karena mereka tidak ‘bermain’
diajang Pilkada 2020 dan lebih mempercayakan kepada struktural NU,
ditambah lagi dengan intruksi dari PWNU terkait dengan pembentukan
Tim 9 NU-PKB dalam kontenstasi pilkada mendatang. Kelima,
kekuatan calon yang diusung oleh Tim 9 (R. Agus Kholiq, SE.,MM) yang
notabene kader NU dan sekaligus ketua DPC PKB cukup menjadikan suara
PKB Sleman akan solid dan dapat mengkondisikan anggota DPRD Sleman
dari PKB akan memberikan support dalam Pilkada 2020 nanti.
Dari
kelima alasan kenapa NU Sleman layak diperhitungkan diatas, tidak
terlepas dari cita-cita NU dalam menata politik jam’iyah dan jamaah
terutama dari sisi politik kebangsaan sebagaimana menjadi komitmen NU
selama ini, sehingga menjadi sebuah kewajaran jika ada sebuah
ungkapan, Dimana NU Berlabuh, Kemenangan Diraih. Wallahu
a'lam
*
Oleh : Wiratno (pemerhati sosial politik)